Selasa, 06 Maret 2012

Pendidikan Karakter: Film Negeri 5 Menara Model Penanaman Tanggung Jawab dan Dsiplin Diri

Banyak sekolah yang kebingungan atas cara menanamkan pendidikan karakter bagi siswanya. Para insan guru dan kepala sekolah berpikirnya selalu formal, yakni disampaikan di dalam kelas menyatu dengan mata pelajaran. Padahal, sifat karakter itu adalah perilaku. Berarti, cara menanamkan karakter juga harus melalui perilaku. Perilaku siswa terjadi sepanjang waktu di sekolah, yakni dari datang sampai pulang.

Cara menanamkan yang paling tepat adalah pola komprehensif. Semua aspek bertanggung jawab atas pelaksanaan pendidikan karakter. Kepala sekolah, gaya guru, isi materi, halaman sekolah, parkir, tukang kebun, dan aspek lainnya turut mendidikkan karakter berdasarkan fungsi masing-masing. Itulah komprehensif.

Garduguru menyempatkan untuk menonton dengan serius di awal putar. Ternyata, film Negeri 5 Menara memberikan contoh pendidikan karakter yang komprehensi dari bangun tidur sampai tidur kembali di waktu malam. Guru dalam film itu bertujuan satu, yakni mengembangkan nilai positif dari berbagai cara, baik saat mengajar, di luar kelas, maupun di asrama siswanya. Dengan begitu, penanaman tanggung jawab dan disiplin dilaksanakan dalam bentuk perilaku nyata. Hasilnya, siswa dapat mencapai cita-citanya.

Warna pendidikan karakter yang ditawarkan film itu khas seorang remaja yang berontak, bercita-cita, mendesakkan ide, dan ingin tampil beda. Mereka berkelompok dengan damai meski berbeda suku. Perbedaan suku menjadi sebuah kekuatan untuk melangkah ke masa depan.  Kelompok 6 pemuda dipersatukan oleh hukuman jewer berantai sehingga  mereka berteman dekat dengan teman sekamarnya, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Kebiasaan berkumpul di bawah menara masjid, mereka berenam pun menamakan diri ‘Sahibul Menara’, alias Pemilik menara. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Keenam sahabat ini memiliki impian masing-masing dan bertekad meraihnya. Seperti Alif bertekad dapat mengunjungi Amerika, Baso yang bertekad menghafal 30 Juz Al Quran sebelum lulus. Selain mengangkat pendidikan karakter  dalam film ini, sutradara Affandi A Rachman juga menampilkan keindahan panorama di kota Bukit Tinggi dan Danau Maninjau, Sumatera Barat. Film yang sarat dengan inspirasi tentang tekad, kerja keras, dan persaudaraan ini didukung bintang-bintang muda berbakat seperti Billy Sandy, Ernest Samudra, Rizki Ramdani, Jiofani Lubis, Aris Putra, Eriska Rein.

Sayang, keenam bintang muda itu tampak kurang kaku dalam berperan.  Namun, tampilan mereka tertutupi bintang kawakan seperti Andhika Pratama, Ikang Fawzi, David Chalik, dan Mario Irwinsyah.

Tidak ada komentar: