Jumat, 30 Desember 2011

Tahun 2012, Guru Perlu Resolusi Diri

Pada saat artikel ini ditulis, tahun baru 2012 kurang sehari tetapi rasanya segera tiba warna baru di hari dengan tahun yang baru. Ada apa sebenarnya? Tidak ada apa-apa karena ayam jago akan tetap berkokok seperti hari-hari kemarin, hujan akan tetap menyirami bumi, dan gerakan serta mata penglihatan kita akan tetap sama seperti hari-hari lainnya.

Namun, jika dirasakan dengan mendalam, tahun baru akan membawa sesuatu yang baru khususnya bagi guru yang mampu melihat dengan hati yang paling tajam. Tahun 2012 merupakan kesempatan bagi guru untuk melakukan resolusi diri sehingga suatu saat ditemukan kualitas guru yang diacungi jempol masyarakat karena membawa perubahan bagi siswanya.

Resolusi diri bagi guru jangan terlalu rumit. Buatlah secara sederhana saja. Tuliskan niat baru yang berbeda dengan niat tahun sebelumnya. Tulislah ke dalam buku harian, kertas putih, atau di piagam kosong tekad Anda di tahun 2012. Buatlah resolusi yang konkret, dapat dijangkau, dan berbeda dengan tahun sebelumnya.




Rabu, 28 Desember 2011

Mohammad Nuh, Mendikbud: 2012, Jangan Boleh Ada Anak yang Tidak Sekolah

"Semboyan kita ke depan adalah jangan boleh ada anak yang tidak sekolah. Semua harus sekolah, sekolah, sekolah". Itu yang dikatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dalam wawancara khusus dengan Kompas.com, Senin (19/12/2011) di ruang kerjanya, Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.Nuh mengatakan hal itu saat ditanya apa harapan Kemdikbud menyongsong Tahun Baru 2012. Tahun 2011 ini, kinerja Kemdikbud tak lepas dari berbagai sorotan. Utamanya, mengenai biaya pendidikan yang semakin tinggi dan pungutan-pungutan liar yang masih terjadi di sekolah-sekolah negeri.

"Saya punya tiga harapan. Pertama, sekolah. Dorong setiap anak untuk sekolah, meski ada kesulitan, tapi jangan putus sekolah. Dari segi pembiayaan, kini kita sudah semakin terbuka. Tidak hanya SD-SMP, tapi sampai perguruan tinggi," kata Nuh.

Kedua, ia menekankan perlunya mengedepankan nilai kejujuran. Sekolah, menurut dia, berperan untuk membentuk karakter dan kepribadian serta mengembangkan kecerdasan dan meningkatkan keterampilan.

"Oleh karena itu, sekolah enggak sekedar sekolah, tetapi sekolah yang benar. Salah satu nilainya adalah kejujuran," ujarnya.

Ketiga, pemerintah mengharapkan partisipasi masyarakat. Nuh mengungkapkan, urusan sekolah tidak hanya menjadi urusan pemerintah, tetapi semua pihak.

"Karena dampaknya bisa menyentuh kita semua. Pendidikan bukan investasi pemerintah, tetapi investasi bangsa. Oleh karena itu, partisipasi dari masyarakat diperlukan sesuai dengan bidangnya masing-masing," kata Nuh.

Apa yang bisa diharapkan?

Pada tahun 2012 mendatang, Kemdikbud menjanjikan akan memulai rintisan bantuan operasional sekolah (BOS) bagi siswa SMA/SMK. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan wajib belajar 12 tahun.

"Kita siapkan rintisan wajib belajar 12 tahun di 2012 untuk jenjang SMAN. Ini juga untuk persiapan melubernya lulusan SMP. Kalau enggak disiapkan, tidak ada BOS, percuma mereka lulus SMP, tetapi tidak melanjutkan lagi. Oleh karena itu, kita siapkan rintisan BOS SMA. Mudah-mudahan tahun 2013 kita sudah bisa wajar 12 tahun," papar Nuh.

Selain itu, dana BOS bagi siswa SD dan SMP juga akan mengalami kenaikan unit cost.

Siapa yang bisa menjamin kelancaran penyaluran dananya dan sampai tepat sasaran? Seperti diketahui, pada tahun 2011 ini, keterlambatan dan penyelewengan dana BOS menjadi salah satu hal yang disoroti. Pemerintah pun mengambil kebijakan mengubah mekanisme penyaluran, yang semula dari kabupaten/kota ke sekolah menjadi dari provinsi ke sekolah.

"Saya merasa optimistis mekanisme 2012 akan lancar karena telah terbukti. Prinsip dalam BOS itu ada empat ketepatan, yaitu tepat dari sisi waktu, tepat dari sisi jumlah, tepat dari sisi sasaran, dan tepat dari sisi penggunaan," ujar Nuh.

Mengenai sanksi terhadap sekolah yang melakukan penyelewengan penyaluran dana BOS, dikatakan Nuh, sudah ada ketentuan yang mengaturnya. Akan tetapi, ia meminta agar masyarakat yang mengeneralisasi semua sekolah melakukan penyelewengan.

"Jangan dibayangkan semua sekolah itu korup. Memang ada yg kurang transparan, tapi enggak semuanya. Maka, dalam juknis kita pandu bahwa setiap sekolah diharapken membuat laporan penerimaan dan pengeluaran serta pampangkan di papan pengumuman sekolah sehingga orang bisa tahu. BOS juga bisa dipakai untuk media pembelajaran transparan dan akuntabel. Kalau ada penyimpangan, ya, dibenerin," papar Nuh.

Sementara itu, untuk pendidikan tinggi, tahun depan, pemerintah akan menaikkan alokasi jumlah mahasiswa miskin yang menerima beasiswa Bidik Misi hingga mencapai 80.000 mahasiswa.(sumber: Kompas.com/12/2011)

Selasa, 27 Desember 2011

Media Pembelajaran sebagai Penentu Keberhasilan Siswa

Banyak guru yang kurang menaruh perhatian terhadap media pembelajaran ketika mengajar di hadapan siswanya. Mereka hanya mengandalkan ucapan dirinya seperti mereka diajar oleh gurunya pada waktu sekolah zaman dahulu. Menurutnya, kalau topik pelajaran atau KD sudah disampaikan dengan lisan, siswa berarti sudah mengerti. Padahal, justru dengan lisan saja siswa akan cepat lupa sehingga tidak terdapat informasi yang melekat dalam memorinya.
Belajar dengan media justru akan lebih mempermudah siswa untuk menangkap konsep yang ditambatkan ke dalam memorinya. Mengapa mempermudah? Bukankah guru zaman dahulu tanpa media, siswa juga dapat pandai-pandai. Bagaimana sebenarnya perbedaan media tradisional dengan modern? lalu, apakah guru perlu hanya menggunakan media modern saja? Narasi jawaban pertanyaan tersebut tampaknya perlu dilakukan agar ditemukan formula media pembelajaran yang dapat berperan sebagai penentu keberhasilan siswa.

Guru SMAN 1 Kongbeng Kutai Timur Workshop PTK

Tidak mau tertinggal dengan guru-guru di sekolah lain, guru SMAN 1 Kongbeng Kutai Timur mengikuti workshop PTK yang dibimbing langsung oleh Dr. Suyatno, M.Pd. dan Dr. Djuli Djatipambudi, M.S. di perpustakaan sekolah. Mereka syik mendalami konsep PTK lalu menuliskan proposal PTK. Proposal tersebut pada smester genap akan dilaksanakan di kelas. Pada tahun 2012, laporan PTK diharapkan dapat diwujudkan.
SMAN 1 Kongbeng terletak kurang lebih 200 km dari Sangata, ibukota Kutai Timur arah ke barat laut atau 160 km dari Berau arah barat daya. Sekolah tersebut masih baru karena baru lima tahun yang lalu didirikan di tengah kompleks permukiman dayak Miau baru. Guru-gurunya relatif masih mudah, belum semua bidang studi terpenuhi gurunya, dan mereka berasal dari berbagai daerah dan beragam suku.
Guru-guru tampak serius mendalami PTK dengan langsung menuliskan di laptop masing-masing. "Kami tidak mau kalah dari sekolah lain, Pak", kata Asmadi, Kepala Sekolah SMAN 1 Kongbeng. Oleh karena itu, semester depan, proposal ini harus diwujudkan ke dalam laporan sehingga ada dokumen PTK yang memang dilaksanakan.
PTK itu bukan momok yang harus dijauhi melainkan kewajiban guru untuk membuatnya. Bukankah semua guru pasti mempunyai roblem dalam mengajarnya? Berangkat dari problem kelas itulah, PTK dilakukan guru untuk memperbaiki problem. Jadi, masalah PTK harus berangkat dari kelas yang diasuh oleh guru.