Rabu, 21 September 2011

Media Pembejaran Inovatif, Apa Maksudnya?

Jika saat ini pembelajaran di Indonesia mulai diwarnai oleh metode pembelajaran inovatif, tentu, sebagai pengiringnya, media inovatif menjadi pewarna lainnya. Media pembelajaran saat ini mulai keluar dari batas konsep lama. Kalau konsep lama, media mengajar hanya sebatas yang dapat digunakan di kelas. Sedangkan media inovatif yang digunakan pada saat ini lebih berani keluar dari koridor kelas. Media inovatif terbuka untuk segala alat baik di kelas maupun di luar kelas.

Lihat saja, Tugimin, guru SMP, dengan tiba-tiba memainkan sulap di depan kelas lalu memberikan kartu peribahasa ke semua kelas. Siswa menjadi tertantang untuk mengikuti alur Tugimin itu. Hasilnya, Peribahasa tidak hanya di bibir saja atau dihapal saja melainkan dijiwai oleh siswa. Dengan peribahasa itu, siswa menikmati makna dan mengaitkan dengan dirinya sendiri. Begitu pula dengan guru lain yang berani keluar dari zona nyaman.

Media inovatif merupakan alat yang mengandung pesan dan informasi yang diperlukan untuk keberhasilan pembelajaran. Media inovatif bebas bentuk, bebas warna, bebas kemasan, dan bebas alat. Yang terpenting adalah media inovatif dapat memudahkan, menyederhanakan, mengongkretkan, dan menguatkan pembelajaran.  Bagi para pengguna metode inovatif, bentuk bukan masalah, karena yang terpenting adalah tujuan dapat tercapai dan siswa meningkat kecerdasannya dengan sekian kali lipat dari pembelajaran biasa.

Andai Guru Pandai Meramu Bahan Pembelajaran dengan Bercerita

Andai guru apa saja pandai meramu bahan pembelajaran dengan cerita yang menarik tentu siswa akan lebih mempunyai daya serap yang tinggi. Bukankah pada hakikatnya anak lebih suka dengan cerita daripada penyampaian materi tanpa bungkus. Apalagi, jika guru meramu cerita dengan bumbu alur, suara, dan media yang tepat, cerita akan nikmat disadap oleh siswa. Permasalahannya, banyak guru yang tidak suka dengan cerita.

 Ada langkah praktis yang perlu diikuti guru yang akan menggunakan cerita sebagai teknik mengajarnya. Mula-mula, guru harus menentukan topik yang akan dibahas berdasarkan kompetensi dasarnya. Topik itu diurai menjadi beberapa subtopik atau segmen. Kemudian, tambahkan tokoh untuk mengemas topik. Tokoh boleh manusia atau binatang bahkan tumbuhan yang dapat berbicara. Lalu, masukkan setting sesuai dengan karakter topik. Apakah setting berupa rumah, sawah, hutan, angkasa, atau apa saja tidak menjadi soal. Setelah setting, masukkan juga alur sesuai dengan tahapan topik. Alur biasanya disusun dari umum ke khusus, khusus ke umum, dekat ke jauh, dan sebagainya. Kemudian, berpeganglah dengan tema inti yang pada hakikatnya sama dengan inti.

  Penataan di atas belum cukup. Guru perlu menambahkan media yang dapat menguatkan cerita. Media boleh gambar, benda, gerakan jari, atau apa saja. Lalu, mainkan tinggi dan rendah suara guru berdasarkan isi cerita. Pilih waktu yang tepat. Perhatikan reaksi siswa. Lalu, bergeraklah berdasarkan tujuan yang akan dicapai. Paling akhir, masuklah ke dunia siswa dengan akrab dan bersahabat.