Jumat, 29 Agustus 2008

Biarlah Hanya Ryan yang Psikopat, Siswa Lainnya Janganlah: Kiat Guru Mengenali Ciri siswa Psikopat

Karena sudah terjadi, biarlah Ryan saja yang mengidap psikopat sampai membunuh 11 orang dengan darah dingin. Generasi muda, yang sekarang masih siswa, perlu dikenali gejalanya agar tidak muncul psikopat baru. Kata Dr Robert Hare dalam bukunya Without Conscience: the Disturbing World of the Psychopats Among Us, psikopat bergentayangan di sekitar kita. Mereka bisa berada di kantor, tempat olahraga, arena hiburan, bahkan di lingkungan terdekat, seperti tetangga, suami atau pacar sekalipun. Sepintas, gelagat mereka tidak kelihatan seperti orang yang punya kelainan. Pasalnya, secara tampak mata mereka terlihat menarik, pintar dan berlaku seperti orang normal lainnya.

Berikut ini kiat guru dalam mengenali gejala psikopat. Hare mengungkapkan empat ciri karakter psikopat, yakni antisosial (antisocial), pribadi yang sulit diduga (borderlne), pandai bersandiwara (histrionic) dan luar biasa egois (narcisstic).

Seseorang yang antisosial biasanya cuek pada norma-norma sosial, tak peduli pada aturan, dan pemberontak. Kepribadiannya yang sulit ditebak, bisa terlihat dari ketidakstabilannya dalam hubungan interpersonal, citra diri, serta selalu bertindak menuruti kata hati. Tanpa peduli perbuatannya itu salah atau benar, mengganggu orang atau tidak.

Orang seperti ini cenderung impulsif (melakukan sesuatu tanpa pikir panjang), dan berpikiran negatif. Ia juga memiliki sifat pendendam. Sedikit saja Anda melakukan kesalahan, seumur hidup diingat dan suatu saat akan diungkit lagi. Sedangkan pribadi histrionic, emosinya tak terkendali alias meledak-ledak, dan selalu ingin menarik perhatian.

Ada lagi kepribadian narcisstic, yang ditunjukkan dengan sikapnya yang selalu ingin dikagumi, serta minimnya empati. Ia selalu berusaha membuat hanya dirinya satu-satunya lelaki dalam hidup Anda. Hanya dialah yang boleh Anda puja.

Sedangkan indikasi lain orang psycho adalah manipulatif, egosentris, pembohong, mudah frustasi, dan gaya hidup parasit. Nah, seabrek sifat buruk ini mengerucut pada satu karakter tunggal: hipokrit alias munafik.

Dalam buku The Mask of Sanity, Dr. Hervey Cleckley menggambarkan psikopat sebagai pribadi yang likeable, charming, intelek, perhatian, impresif, punya pede tinggi, dan pintar merayu (karena itu mereka mudah "menipu" perempuan). Umumnya, mereka juga cerdas secara akademik.

Tapi, di balik itu semua, mereka membawa sifat negatif, seperti tidak bertanggung jawab, serta merusak diri sendiri dan orang lain. Ia kerap mengatakan ingin bunuh diri bila Anda memutuskan hubungan? Hm, hati-hati saja karena ia bisa melakukannya.

Para psikopat umumnya tidak pernah merasa menyesal, meski telah menyakiti orang lain. Bila belangnya ketahuan, wajahnya akan tetap seperti tak berdosa. Apa penyebabnya? Belum jelas. Hare menduga, psikopat terjadi akibat kelainan fungsi otak. Karena itu, si penderitanya tidak dapat memisahkan stimulus yang bersifat rasional dari yang emosional. Stimulus-stimulus ini diolah sekaligus oleh otak kiri dan kanan.

Namun, temuan lain menyebutkan, pengidap kelainan ini akibat dari latar belakang masa kecilnya yang "bermasalah", yang berakibat perkembangan emosinya kurang optimal. Menginjak dewasa, anak-anak ini tumbuh menjadi orang-orang yang tak bisa berempati dan tak memiliki kata hati.

Lantaran belum dipastikan penyebabnya, Hare berpendapat, psikopat belum bisa dipastikan dapat disembuhkan atau tidak. Namun, pendapat lain yang menduga kelaianan itu berawal karena salah asuh mengatakan, psikopat bisa dicegah. Asal, indikasi kelainannya terdeteksi sedini mungkin. Inilah tanda-tanda pria psikopat.

- Rajin Monitor. Setiap jam ia selalu menelepon untuk mencari tahu secara detil apa yang Anda lakukan saat itu, bersama siapa, dan sebagainya. Bila teleponnya tidak dijawab, ia akan meneror Anda hingga diangkat.

- Berbohong Tentang Masa Lalu. Ketika membicarakan mantan-mantannya, ia selalu memposisikan diri sebagai obyek penderita. Ia akan membual tentang mantan-mantannya yang bermasalah, dan bagaimana ia disakiti oleh mereka.

- Membajak Keluarga dan Teman. Tanpa meminta izin dan tidak melibatkan Anda, ia sering mengajak sahabat Anda nonton, menelepon teman-teman dan ibu Anda berjam-jam. Kelihatannya ia ingin mencari tahu tentang Anda, tapi Anda tidak pernah tahu motivasi dia sesungguhnya.

- Berdebat di Muka Umum. Ia tidak bisa memilih-milih tempat untuk bertengkar, bahkan ia kerap mengkritisi Anda di depan keluarga dan teman-teman.

- Sikapnya Susah Ditebak. Ia bisa tiba-tiba marah dan berteriak pada Anda tanpa alasan. Sedetik kemudian berlaku supermanis.

- Rajin Bohong. Ia biasa berbohong tentang apa saja, besar atau kecil, dan terkadang tanpa alasan.

- Menginterogasi Anda. Di matanya, Anda tidak pernah benar. Ia selalu ingin tahu mengapa Anda terlambat 10 menit. Ia akan menginterogasi Anda semalaman untuk memuaskan keingintahuannya.

- Memata-Matai. Awalnya ia akan melakukan invasi terhadap privasi Anda, kemudian ia akan mengecek email, telepon, bahkan berkunjung diam-diam ke kantor dan rumah untuk mencari tahu apakah ada lelaki lain dalam hidup Anda.

- Cemburu Berlebihan. Ia tidak tahan melihat Anda dekat dengan lelaki lain, meski itu teman Anda sendiri. (sumber: Ika Nurul Syifaa/kompas.com)

Mengenal Pendidikan di Brasil

Oleh Suyatno

Setelah pendidikan di India pernah dikupas di garduguru ini, penjaga gardu mengedepankan Brasil untuk dikupas pendidikannya senyampang sebulan berlalu tentang pertemua SBY dengan Presiden Brasil. Pada 12 Juli 2008, yang lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyambut kedatangan Presiden Brazil Luiz Inacio Lula Da Silva dalam kunjungan kenegaraan sehari di Indonesia. Presiden Brazil disambut upacara kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta. Rombongan Presiden Brazil berjumlah 68 orang itu disertai oleh Menteri Luar Negeri Brazil, Celso Amorim, Menteri Staf Kepresidenan Dilma Rousseff, serta Menteri Pengembangan Industri dan Perdagangan Luar Negeri Edmundo S Fujita. Kedua kepala negara menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman di tiga bidang, yaitu pendidikan, kerjasama teknik produksi bahan bakar etanol, dan perjanjian bebas visa untuk hubungan diplomatik serta pelayanan paspor.

Sistem Pendidikan Brasil mencakup lembaga-lembaga pemerintah (federal, negara-negara bagian dan kotamadya), serta lembaga swasta. Jenjang pendidikan dimulai dari tingkat prasekolah, sekolah dasar (Tingkat Dasar- I Grau ), dan tingkat menengah (Tingkat Kedua- II Grau ) sampai universitas dan tingkat pasca sarjana.

Pendidikan wajib bagi anak usia 7-14 tahun. Undang-Undang Dasar Brasil 1988 mengalokasikan sekurang-kurangnya 25% dari pendapatan pajak negara bagian untuk pendidikan. Di tahun 2000, 91% dari semua anak-anak Brasil usia 10-14 tahun bersekolah. Pemerintah Federal mendirikan sekurang-kurangnya satu universitas federal di setiap negara bagian. Pada tahun 1996 amandemen baru Undang-Undang Dasar dibuat, memungkinkan bagi para professor dan ilmuwan asing untuk menjadi pengajar di universitas Brasil. Kini di Brasil ada lebih dari 1.000 program pasca sarjana yang memiliki dosen pengajar yang mutunya setara dengan institusi sejenis di negara-negara maju.

Masa depan ekonomi Brasil terletak paling vital pada perbaikan pendidikan guna mencapai hasil produktivitas yang "besar sekali", "Kurangnya modal manusia menjadi penghalang tunggal terutama bagi pertumbuhan produktivitas," Organisasi bagi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan mengatakan dalam sebuah survei terhadap ekonomi Brasil. "Ada kesepakatan luas bahwa hasil yang akan diperoleh dari akumulasi modal manusia yang lebih cepat besar sekali." Indikator pendidikan yang jelek adalah lebih merupakan masalah kualitas pendidikan daripada pendanaan.

Brasil memiliki sejarah meledak dan melambat, dan OECD mengatakan potensi bagi pertumbuhan tanpa overheating kini "agak rendah" pada sekitar 3,0-3,5% per tahun. Di wilayah OECD yang terdiri dari negara-negara industri utama, potensi pertumbunan adalah sekitar 2,5% dan diperkirakan akan naik menjadi 3,0-3,5%. Brasil harus mengejar reformasi untuk meningkatkan sekitar lima poin lebih baik, menyiratkan pertumbuhan sekitar 8,0%, untuk diraih seperempat abad mendatang, laporan itu mengatakan.

OECD juga mendapati bahwa "pengurangan hambatan perdagangan nampaknya telah memainkan peran krusial dalam peningkatan produktivitas", dan program privatisasi yang besar juga telah membantu. Ekonomi telah tumbuh dengan 2,3% tahun lalu sesudah 4,9% pertumbuhan pada 2004 dan 0,5% pertumbuhan pada 2003.

Memuji reformasi belakangan ini di Brasil untuk menstabilkan inflasi, memperkuat mata uang dan mengurangi utang, OECD mengatakan bahwa "prospeknya bagus bagi pemulihan yang luas." Namun laporan itu menyoroti tiga bidang dimana aksi yang perkasa diperlukan:
1- Tantangan "dominan" akan "terus berlanjut guna mengurangi utang publik yang mengancam" sementara memperbai keuangan publik dengan kendali pengeluaran bukan terutama dengan kenaikan pajak sejauh ini. Reformasi pensiun khususnya penting.
2- Suatu "tantangan kebijakan utama adalah dengan meningkatkan inovasi di sektor bisnis" karena, meskipun kinerja inovasi membaik dengan cepat, masih terlalu rendah dan didorong terutama oleh negara dan universitas.
3- Kualitas pendidikan harus membaik karena sementara pendanaan naik hingga tingkat OECD hal itu tidak mendukung dengan cukup cepat kualifikasi angkatan kerja.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengurangi pasar tenaga kerja yang tak didiumumkan -- tinggi dan merugikan -- laporan tersebut menandaskan, menyebutkan sebuah terbitan bahwa buruh yang tak dideklarasikan berjumlah 37,0% dari angkatan kerja pada 1999. Dan institut itu mendesakkan diciptakannya "sistem sertifikasi keterampilan nasional".

Apa yang disebut "keajaiban Brasil" pada 1960-an dan 1970-an telah menaikkan produk domestik bruto dengan sekitar 7,5% per tahun, namun kebijakan peningkatan tidak berkelanjutan dan pertumbuhan menurun hingga sekitar 2,5% dari 1980 sampai 2005, karena lonjakan diikuti kemerosotan. "Hasilnya adalah bahwa kesenjangan dalam pendapatan per kapita Brasil dibandingkan dengan wilayah OECD (negara-negara industri maju) telah melebar dari sekitar 60% pada 1980 hingga hampir 70% sejak 2000."Untuk menutup kesenjangan ini dalam seperempat abad".

Seperti halnya Ki Hajar Dewantara, Imam Syafii, Bu Kasur, dan tokoh pendidikan yang lainnya, di Brasil juga terdapat tokoh yang dikenal dunia, yakni Paolo Freire, yang telah menyampaikan pemikiran-pemikiran kritisnya tentang realitas pendidikan. Bahwa pendidikan hanya ditakdirkan untuk melayani dominasi atau reproduksi bentuk-bentuk dominasi dari sebuah kekuasaan, telah diuraikan secara panjang lebar oleh Freire dalam sejumlah bukunya.

Menelaah sejumlah karyanya, tampak bagaimana Freire mengkritisi tentang peran reproduksi sekolah atau pendidikan sistematis terhadap ideologi dominan atau ideologi yang berkuasa. Tugas utama pendidikan sistematis adalah reproduksi ideologi kelas dominan, reproduksi kondisi-kondisi untuk memelihara kekuasaan mereka atau kekuasaan kaum borjuis. Namun tepatnya karena hubungan antara pendidikan sistematis sebagai suatu subsistem dengan sistem sosial merupakan hubungan pertentangan dan kontradiksi timbal balik.

Gambaran Freire tentang kondisi pendidikan di Brazil ini tak jauh berbeda ketika masa pemerintahan orde baru. Instrumen-instrumen pendidikan seperti kurikulum, pengajar maupun siswa berada dalam sebuah sistem yang berfungsi untuk mengamankan kekuasaan yang ada. Maka tidak heran jika fungsi pendidikan bukan lagi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, melainkan sebuah bentuk indoktrinasi untuk melanggengkan pemerintahan yang berkuasa.

Terhadap kondisi dunia pendidikan seperti ini, tokoh pendidikan asal Brazil ini memaparkan sejumlah solusinya. Bahwa ketika bicara reproduksi sebagai tugas kelas-kelas dominan, maka ada kemungkinan tugas tandingan terhadap reproduksi ideologi dominan. Kedua tugas ini bersifat dialektik, yang pertama adalah tugas reproduksi dan kedua adalah tugas oposisi pendidikan. Tugas oposisi pendidikan ini adalah bagaimana mengembalikan fungsi pendidikan agar tidak menjadi pelayan dari sebuah kekuasaan dan dinikmati oleh golongan tertentu seperti kaum borjuis melainkan kembali ke cita-citanya untuk membangun manusia yang seutuhnya.

Tantangan yang kemudian muncul dalam menjalankan tugas oposisi pendidikan ini adalah bagaimana memperjuangkan transformasi revolusioner masyarakat borjuis untuk membangun masyarakat sosialis. Revolusi perlu menciptakan dan membantu lahirnya masyarakat baru dan proses kelahiran masyarakat baru ini ada di dalam pendidikan revolusioner. Ketika revolusi meraih kekuasaan itu merupakan bantuan fantastik yang diperlukan untuk membaharui sistem pendidikan. Satu hal yang menjadi pekerjaan sekarang adalah melawan sistem borjuis melalui korps revolusioner untuk mencipta melalui pendidikan.

Pemikiran, kritik dan sebuah solusi yang telah ditawarkan oleh Freire di atas jika dicermati dengan seksama, ternyata begitu dekat dengan realitas dunia pendidikan kita. Bagaimana dengan di Indonesia? Adakah yang menindaklanjuti konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Imam Syafii?

Mengajar dengan Gaya Anak-Anak

Oleh Suyatno

Anak adalah anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Piagiet (Suparno, 2001:30), dalam teori perkembangan anak, menyebutkan bahwa anak berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan baik mental, fisik, dan kognitifnya. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif itu adalah:
1) Sensori motor (usia 0 - 2 tahun)
2) Pra operasional (usia 2 – 7 tahun)
3) Operasional kongkrit (usia 7 – 11 tahun)
4) Operasi formal (usia 11 tahun hingga dewasa)
Berdasarkan tingkat perkembangan kognitif Piaget itu, gaya guru dalam mengajar haruslah disesuaikan dengan kondisi dan situasi anak. Cara yang paling tepat adalah mengajar dengan gaya anak-anak. Berikut modal mengajar dengan gaya anak-anak.

Pertama, kreatif. Anak adalah orang yang paling kreatif dibandingkan dengan orang dewasa karena masih dalam taraf pencarian pengalaman. Untuk itu, mengajar dengan gaya anak-anak ditandai oleh kreativitas guru yang mampu membangkitkan kreativitas anak.

Kedua, Zona Perkembangan Terdekat (scafolding). Anak berada dalam lingkungan yang mudah dijangkau olehnya. Anak selalu belajar dari yang dekat ke yang jauh. Untuk itu, dalam mengembangkan materi dan menggunakan bahasa guru, guru perlu berangkat dari materi yang mudah dikenali anak dan digiring ke yang lebih kompleks. Bahasa guru juga perlu disederhanakan dengan kata-kata yang lugas.

Ketiga, Multimedia. Anak menagkap sesuatu melalui multimedia yang dimilikinya, yakni melalui mata, telinga, gerak, dan rasa. Dengan begitu, mengajar dengan gaya anak-anak juga harus memadukan media mata, telinga, gerak, dan rasa. Mengajar yang hanya bertumpu pada ceramah berarti menyalahi prinsip alamiah anak-anak.

Keempat, Pembiasaan. Anak selalu berada dalam pembiasaan untuk menguasai aspek tertentu. Saat anak mampu makan secara mandiri, saat itulah anak telah lolos dari pembiasaan yang dilakukan ibunya dalam belajar makan. Bahkan, untuk mengajari makan yang benar saja, seorang ibu menempuh waktu 2 tahun. Begitu pula, belajar yang lainnya, anak memerlukan pembiasaan seperti memakai baju, menggunakan tangan kanan, berbicara sopan, dan seterusnya. Guru dengan gaya mengajar anak-anak perlu melakukan pembiasaan agar anak dapat menangkap materi dengan kuat.

Kelima, Media. Anak dalam belajar selalu menggunakan media tampak yang dapat dilakukannya. Ketika belajar bersepeda, anak pasti menggunakan langsung media sepeda. Begitu pula, dalam belajar di kelas, anak akan cepat menguasai materi jika dibarengi dengan media yang pas.

Keenam, Menyenangkan. Anak dalam bermain, belajar, dan bergerak selalu dalam keadaan gembira. Lhiat saja, ketika anak masih kecil dalam keadaan susah, dia pasti berdiam diri dan menolak. Sebaliknya, saat anak dalam keadaan gembira, dia melakukan apapun yang disukainya dalam rangka belajar. Guru di kelas, hendaknya juga selalu menyenangkan dalam mengajar.

Kamis, 28 Agustus 2008

Guru di Mata Mbok Siti (13)

Tiba-tiba saja, aku mendapatkan potongan cermin, amat kecil, di sela tepas dapur Mbok Siti. Aku ambil potongan itu mumpung Mbok Siti masuk ke dalam rumah dan kulihat wajahku sendiri. Ya. Wajahku sendiri.

"Kalau ingin bercermin mengapa harus sembunyi-sembunyi," kata suara Mbok Siti dari dalam menuju ke dapur. Aku cepat-cepat meletakkan kembali cermin kecil itu ke selipan tepas dengan posisi seperti semula. Bercerminlah dengan sepuasnya sampai kamu mendapati gambar yang utuh dari dirimu. "Jika kita bercermin dengan cermin kecil, tentu, hanya akan tampak gambar kita dengan kecil pula," kata Mbok Siti penuh senyum. Bercerminlah di depan cermin besar yang mampu memantulkan gambar kita dengan besar pula. "Guru juga senantiasa perlu bercermin agar mengetahui gambar asli dan perubahan dirinya setiap waktu," jelas Mbok Siti sambil duduk di sebelahku. Aku gemetar dan merasa bersalah melakukan perbuatan bercermin tanpa sepengetahuan Mbok Siti.

Justru bercermin yang baik jangan sampai diketahui orang karena bercermin adalah tindakan melihat diri sendiri. Guru yang baik jangan sampai bercermin kalau ada orang yang melihatnya saja. "Cobalah bercermin dengan khidmat dan tulus. Akui semua gambar yang muncul karena itulah keaslian diri," sela Mbok Siti.

Guru, Jadilah Dirimu Sendiri

Oleh Suyatno

Kalau kita tidak bisa memberi berkah
kepada orang lain,
setidak-tidaknya
janganlah menjadi batu sandungan
bagi orang lain


Jadilah diri sendiri dan janganlah menjadi orang lain yang ditutupi dengan wajah fisik sendiri. Guru adalah sosok manusia yang mempunyai kedirian yang berpotensi jika diasah dan dikembangkan. Dari kedirian itu, muncullah semangat berkarya melalui jalur guru, yang menjadi agen perubahan bagi generasi mendatang. Guru adalah guru dan bukan pekerjaan lain.

Tugiman, sebut saja begitu, seorang guru yang selalu bimbang ketika melihat dokter begitu laris dikunjungi pasien. Dia tambah suka melamun ketika melihat arsitek berkendaraan mobil mewah. Dia tambah stres ketika melihat tukang bakso membeli sepeda motor baru. Dia pusing 100 hari ketika melihat muridnya melebihi kariernya daripada sosoknya yang hanya guru.

Lain lagi dengan Guru Paiman, dia selalu bingung dengan metode pembelajaran yang begitu banyak dan tidak mengetahui metode mana yang paling bagus. Paiman selalu takut salah ketika akan menerapkan metode pembelajaran yang pernah dipakai guru lain. Apa yang disajikan di depan kelas, selalu dirasakan Paiman sebagai sesuatu yang penuh dengan kegamangan.

Lastri, perempuan guru, sebut juga begitu, selalu meniru pekerjaan guru lain dalam hal apapun. Perencanaan pembelajaran yang dibuatnya merupakan tiruan dari perencanaan guru lain di tempat lain. Cara mengajarnya juga fotokopi dari cara yang digunakan guru lain. Pokoknya, apa yang dilakukan guru lain, entah bagus atau tidak, selalu ditirunya.

Tugiman, Paiman, dan Lastri di atas merupakan contoh dari guru yang tidak berada dalam posisinya sebagai guru sebenar-benarnya guru. Mereka hanya bersaput bentuk namun tidak berisi makna dan fungsi. Mereka berkategori guru kacau-balau karena tidak bersandar pada diri sendiri.

Kalau memang sudah memastikan diri dilabeli profesi guru, jadilah guru yang benar-benar guru. Guru yang demikian tidak akan pernah iri dengan profesi lain meskipun daya pancar profesi lain itu begitu memukau. Guru sejati selalu yakin akan peran yang dimainkannya di kelas bermanfaat bagi siswanya. Guru sejati selalu terhindar dari kontaminasi negatif yang merusak citra guru.

Jika guru sebagai sebuah bentuk kebahagiaan dalam hidup, dalamilah tugas guru sampai pada taraf yang mengagungkan bagi diri. Rasakan kenikmatan diri saat melihat siswa yang diasuh mengalami perubahan tingkah laku ke arah positif. Dengarkan detak jantung sendiri yang berirama itu ketika melihat siswa yang diajar tersenyum dan menganggukkan kepala pertanda mengerti dan mampu menyerap konsep yang diberikan. Angkatlah bibir menjadi sebuah senyuman ketika melihat senyum siswa yang tulus karena merasakan kenikmatan belajar. Itulah diri sendiri yang akan melekat dalam aurora guru.

Selasa, 26 Agustus 2008

Guru di Mata Mbok Siti (12)

Akhirnya, saya dapat juga bermalam di rumah Mbok Siti hanya karena ketidaksengajaan. Pasalnya. sore menjelang malam itu, sepeda motor bututku tidak berangin alias ban kempes. Lalu, Mbok Siti menyilakan aku menginap saja karena tukang tambal sangat jauh, sekitar 10 km. Wah, sebuah perjalanan yang teramat panjang dan bisa-bisa tukang tambal ban sudah tutup.

Dengan ditemani secangkir kopi, aku bersila di tikar kebanggan Mbok Siti sambil mengobrol dengan Mbok. Lampu yang menerangi malam itu hanya sebuah dimar dari kain yang dililit di pucuk botol dengan minyak tanah sebagai tenaganya. Aku memandangi lama dimar itu.

"Lihatlah api itu anakku, dia menyala terus karena mempunyai cadangan minyak di dalamnya", ujarnya. Jika minyak itu habis, api akan pelan-pelan padam. Guru juga ibarat api yang harus terus menyala agar dapat menerangi sekitarnya. Agar semangat guru tidak padam, guru memerlukan minyak yang cukup. Minyak itu dapat diperoleh guru dari melihat, merenung, membaca, menulis, dan berdiskusi. Senatiasa, guru harus mengisi botol keguruannya dengan minyak keguruan pula. "Guru yang kehabisan minyak memang akan tetap guru tetapi hanya tampak luarnya saja," kata Mbok Siti sambil beringsut menyodorkan ketela rebus.

Sabtu, 23 Agustus 2008

Mengajar dengan Jubah Konsep

Oleh Suyatno

Betapa siswa sangat jenuh jika bertemu guru berkali-kali dengan gaya mengajar yang nyaris tetap. Biasanya, siswa sudah mengenali kebiasaan guru, dari cara berbicara, gaya berdiri, mimik, sikap, dan posisi di kelas. Tidak jarang, siswa menirukan gaya guru ketika jam istirahat untuk mendatangkan tawa sesama mereka. Anehnya, banyak guru yang tidak tahu kalau menjadi bahan tiruan siswa sebagai bahan gurauan.

Agar siswa tidak jenuh dan tidak menirukan gaya khas guru di saat istirahat, guru perlu sering mengubah gaya mengajar dengan aneka metode pembelajaran. Cobalah sekali-kali, guru menggunakan jubah seperti baju dokter atau petugas laboratorium yang telah ditulisi konsep mata pelajaran yang diasuhnya. Masuklah dengan jubah itu. Kemudian, dengan gaya peragawan, guru memamerkan tulisan yang ada di jubah untuk dibaca siswa. Setelah itu, siswa menyimpulkan isi tulisan yang ada di jubah itu.

Jubah konsep dapat digunakan untuk guru matematika dengan menulisi rumus yanghendak dikuasai siswa di jubah itu. Guru biologi juga dapat menggunakan jubah itu dengan menuliskan konsep yang akan diajarkan di jubah. Begitu pula, guru mata pelajaran lainnya, jubah dapat digunakan.

Tariklah simpati siswa dengan memainkan jubah konsep dengan tepat. Setelah pelajaran selesai, jubah dapat dilipat dan disimpan untuk minggu-minggu berikutnya atau untuk kelas lain. Yakinlah, siswa akan tertarik dengan cara mengajar dengan jubah konsep. Selamat mencoba.

Jumat, 22 Agustus 2008

Guru di Mata Mbok Siti (11)

Baru kali ini, aku diajak ke kebun belakang rumah Mbok Siti. Ternyata, aneka pohon menancap kuat di sana. Rindang, sejuk, dan damai merasuki pori-pori ini. Kicau burung bergantian tanpa henti.

"Burung-burung itu sejak lama menemani aneka pohon ini," jelas Mbok Siti sambil meraih rambanan untuk kambing peliharaannya. Burung itu mempunyai ciri sendiri-sendiri yang tidak dapat tergantikan dengan ciri yang lainnya. Coba saja, elang itu, dilatih untuk mengais-ngais tanah seperti burung puyuh, pastilah elang tidak akan mampu meneruskannya. Coba pula, puyuh dilatih untuk terbang tinggi, tentu, puyuh akan menghentikan napasnya. "Begitu pula, murid mempunyai ciri sendiri-sendiri yang khas baginya," tambah Mbok Siti.

Untuk itu, guru perlu mempelajari ciri-ciri khusus murid-muridnya sehingga dapat tepat sasaran. "Cara mengajar yang seragam bagi murid-murid, tampaknya sebuah cara yang mengingkari perbedaan manusia," jelas si Mbok. Menyelami ciri anak menjadi senjata mengajar yang tepat sasaran. Bukankah kecerdasan murid berbeda-beda berdasarkan potensi masing-masing?

Model-Model Pembelajaran Inovatif untuk Digunakan Guru

Oleh Suyatno

Saat ini, pembelajaran inovatif yang akan mampu membawa perubahan belajar bagi siswa, telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran lama telah usang karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa sangat tidak nyaman dengan metode mulut. Sebaliknya, siswa akan nyaman dengan pembelajaran yang sesuai dengan pribadi siswa saat ini.

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.

Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).

Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan mateastika).

Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

Problem Posing
Problem posing yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.

Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).

Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.

9. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi

Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.

Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (199 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.

Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.

SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.

Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:

a.Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan
b.Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesewpakatan kelompok.

c. Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperik\sa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.

Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.

e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.

VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.

AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.

TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab vbelajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.

Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.


STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah sati model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.

NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.

Jigsaw
Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkem\angan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi

CPS (Creative Problem Solving)
Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.

TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sinatknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.

TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.

CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.

SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh

SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.

MID (Meaningful Instructionnal Design)
Model ini adalah pembnelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisi pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep

KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.

CRI (Certainly of Response Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.

DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut.

Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesdai maslah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.

DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)
DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengemabangan, penerapan, dan penutup.

CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.

IOC (Inside Outside Circle)
IOC adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan ssingkat dan teratur. Sintaksnya adalah: Separu dari sjumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkran luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya

Tari Bambu
Model pembelajaran ini memberuikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukartan pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depoan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa opertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalkaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satui jajaran pindah ke ujunug lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.

Artikulasi
Artikulasi adalah mode pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.

Debate
Debat adalah model pembalajaranb dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu setrusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.

Role Playing
Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari scenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan scenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penimpoulan dan refleksi.

Talking Stick
Sintak p[embelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.

Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi

Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.

Course Review Horay
Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Demonstration
Pembelajaran ini khusu untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah: sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural, membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Scramble
Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.

Pair Checks
Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Make-A Match
Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk badak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatiu jawababn, presentasi hasuil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.

Examples Non Examples
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi.

Picture and Picture
Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

Cooperative Script
Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangaka solusi masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.

Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latian dan bertanya, balikan-perbnaikan-pengayaan-interaksi.

Generatif
Generatif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restruturisasi sajiankonsep, aplikasi, ranguman, evaluasi, dan refleksi

Circuit Learning
Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan focus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi

Complete Sentence
Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintakas: sisapkan blanko isian berupa aparagraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.

Concept Sentence
Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tia kelompok membeuat kalimat berdasarkankata kunci, presentasi.

Time Token
Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.

Take and Give
Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa - bahan belajar - dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi

Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa opemecahan masalah. Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.

Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan computer-internet.

Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan-urun ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.

Kumon
Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.

Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

Rumus quantum fisika asdalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m = massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication, optimalkan komunikasi + dengan aktivitas optimal.

Guru di Mata Mbok Siti (10)

Dingin menyelinap di pikiranku saat musim kemarau sedang meracau. Namun, kutekatkan juga menghampiri Mbok Siti meskipun hari masih pagi. Kebetulan juga, Mbok Siti ada di rumah tepas yang reyot itu. Tampak dapur membumbungkan asap. Mbok Siti setia berada di depan dapur tanah untuk isi kayu bakar.

"Wah, anakku kok rajin banget pagi ini, ada apa gerangan?," tanya Mbok Siti sambil membawakan secangkir kopi buatku. "Aku mampir Mbok, kebetulan hari ini ada waktu meski sebentar lagi akan ke kota," jawabku pelan. "Kopi pagi ini sangat pas buatku, Mbok," komentarku basa-basi.

"Kopi itu nikmat karena mempunyai perpaduan yang tepat antara air mendidih, gula, dan kopi," jawabnya kalem. Andaikata gula terlalu banyak, kopi sedikit, dan air tidak matang, kopi itu tidak dapat dinikmati. Begitu juga komposisi sebaliknya, jika kopi terlalu banyak, gula sedikit, dan air kurang matang. Jadi, untuk mengisi cangkir yang tadinya kosong, diperlukan usaha mencampur gula, kopi, dan air mendidih dengan tepat. "Begitu pula, guru dalam meramu sajian materi, perlu komposisi yang tepat sehingga dapat dinikmati murid-muridnya," tambah Mbok yang berbaju hitam seperti baju hari-hari kemarin.

Cangkir kopi itu ibarat murid yang siap diisi dengan materi yang tepat agar dapat berfungsi sebagai cangkir. Materi pembelajaran yang tepat tentu ditandai oleh porsi materi pembelajaran, kekuatannya, kedalaman, keluasan, dan penyesuaiannya dengan alam pikiran murid, seperti bahasa, logika, dan persepsi konkret murid. "Andai cangkir itu saya isi ramuan kopi dengan berlebih, tentu akan tumpah kopinya karena kapasitas cangkir memang hanya memuat seukuran bentuk dan volumenya," ujar Mbok Siti. Aku mengamininya.

Kamis, 21 Agustus 2008

Menjadi Guru Sastra Sangat Mudah

Oleh Suyatno

Banyak guru bahasa dan sastra Indonesia yang merasakan tidak nyaman ketika memasuki topik sastra, baik topik puisi, cerpen, maupun drama. Bahkan, ada guru yang selalu melewati topik sastra dan diganti dengan topik bahasa. Alasan mereka beraneka macam yang digunakan untuk membela diri. Alasan tersebut adalah pembelajaran sastra sangat memerlukan persiapan, guru harus seperti seniman, siswa kurang memperhatikan, buku-buku sastra tidak mendukung, dan kelas dianggap belum siap.

Padahal, mengajarkan sastra sangat mudah dan tidak seberat yang dibayangkan. Syarat pertama yang harus dipenuhi adalah rasa percaya diri dari seorang guru. Percaya diri akan mampu mengatasi kegugupan dan kegagapan yang merasuki diri guru. Guru harus percaya kalau dirinya mampu, guru harus percaya kalau siswanya dapat berkembang melalui sastra, dan guru harus percaya bahwa yang dilakukan terhadap pembelajaran sastra pasti dapat bermanfaat.

Setelah percaya diri, guru perlu menerapkan pembelajaran dengan cara yang dimiliki dan dikuasainya selama ini. Yakinlah bahwa pengalaman mengajar selama ini sangat tepat untuk dilaksanakan dengan pembelajaran sastra. Jangan merasa bahwa guru lain lebih hebat karena telah lama membelajarkan sastra. Bisa jadi, justru guru yang bermula dari pengalaman diri sendiri akan menjadi hebat. Caranya, berangkatlah dari puisi yang dikenali guru terlebih dahulu. Kalau cerpen, berangkatlah dari cerpen yang dikenal guru, begitulah seterusnya.

Cara berikutnya pertama bertanyalah kepada guru lain yang pernah membelajarkan sastra. Bertanya teramat penting untuk mengukur diri sendiri. Kedua, berdiskusilah dengan teman sejawat tentang pembelajaran sastra. Ketiga, perbanyak membaca buku tentang pembelajaran sastra. Keempat, datangkan sastrawan di sekitar guru. Sesungguhnya sastrawan dengan senang hati mau datang ke kelas untuk berkomunikasi dengan anak-anak. Selama ini, tampaknya guru masih menjadi "nara sumber tunggal" di dalam pembelajaran sastra. Masih disyukuri jika "nara sumber tunggal" itu mengajak anak-anak menggali nilai-nilai karya sastra (apresiasi) dalam pembelajaran sastra.Kelima, cobalah berangkat dari kemampuan siswa yang ada saat itu.

Guru di Mata Mbok Siti (9)

Matahari siang itu sangat menyengat. Keringat deras berguguran dari dagu Mbok Siti di pelataran rumah. Namun, tangan tidak juga berhenti membalik padi yang sedang dijemur. Bulir padi tidak terlalu banyak. Mungkin kalau digiling, padi itu hanya berubah menjadi 10 kg beras.

Semua bermula dari padi yang tua, dipanen, dijemur, dan digiling. "Jadilah beras yang siap dimasak untuk menghidupi manusia di sini", ujar Mbok Siti sambil memandangiku ketika aku tiba-tiba berada di sampingnya. Andai tidak ada usaha untuk mengubah padi menjadi beras, tentu tidak ada juga sediaan energi untuk hidup dan berkembang seperti ini. Begitu juga, sosok anak, jika tidak diusahakan untuk tumbuh dan berkembang dengan tepat, tentu tidak akan menjadi generasi yang bermanfaat. "Tugas guru adalah mengusahakan dengan penuh perencanaan untuk mengubah sosok anak menjadi pribadi yang penuh energi", kata Mbok Siti. Guru yang demikian itu adalah guru yang penuh tanggung jawab dan jujur atas tugasnya.

Rabu, 20 Agustus 2008

Buku Ajar Sangat Mudah Dibuat Guru

Oleh Suyatno

Buku ajar yang paling tepat semestinya dibuat oleh guru yang bersangkutan, di sekolah tempat guru mengajar, dan disesuaikan dengan karakter lingkungan sekolah tersebut. Namun, saat ini, banyak buku ajar yang dibuat oleh orang lain, dari tempat yang jauh, dan sangat tidak kontekstual. Akibat dibuat oleh orang lain, buku ajar yang digunakan tidak mengena dan tidak tepat. Contohnya, buku ajar dengan topik pertanian, yang dicontohkan pertanian di pegunungan padahal, siswa pengguna buku ajar berada di kawasan pertanian dekat pantai; topik transportasi yang dicontohkan kereta api padahal di tempat siswa belajar yang ada hanya perahu.

Hasilnya, siswa lebih mengenal kereta api daripada perahu dan siswa lebih mengenal pertanian pegunungan daripada pertanian dekat pantai di daerahnya. Siswa menjadi terasing di bumi sendiri. Hal demikian menyalahi prinsip belajar, yakni dari yang dekat ke yang jauh, dari konkret ke abstrak, dari mudah ke yang sulit, dari sederhana ke yang kompleks, dan dari diri sendiri ke lingkungan luarnya.

Penyimpangan peruntukkan tersebut terjadi karena kelangkaan buku ajar yang kontekstual, dominasi penerbitan, sentralisasi kebijakan, dan kemalasan guru dalam membuat buku ajar. Jika hal tersebut tidak segera diatasi, ke depan, pendidikan tidak dapat memenuhi harapannya, yakni membumi, sesuai dengan persepsi siswa, dan kontekstual. Untuk itu, guru perlu segera menyiapkan diri untuk membuat buku ajar meskipun hanya sederhana.

Buku ajar sangat mudah dibuat oleh guru. Himpunlah materi pembelajaran dari RPP kemudian tambahkan instrumen lainnya, maka jadilah buku ajar. Berilah siswa daftar keinginan belajar dan himpunlah menjadi sebuah bendel keinginan. dari keinginan itu, buku ajar dapat terwujud. Lalu, mengapa menulis buku ajar dirasakan susah?

Cara mudah lainnya dalam membuat buku ajar adalah memalui peta pikiran. Peta pikir di sini bukan merupaka prasyarat untuk mengembangkan buku ajar, akan tetapi peta pikiran ini semacam brainstorming yang akan membantu membuka pikiran guru seluas-luasnya sehingga memudahkan untuk mengadakan pemilihan atau mengambil keputusan. Peta Pikir (Buzan & Buzan, 2000) merupakan alat berpikir yang sangat efektif karena ia memberi peluang kepada guru untuk membuat garis besar tentang berbagai gagasan pokok (main ideas) dan menyebabkan kita melihat secara jelas dan cepat bagaimana berbagai gagasan tadi saling berhubungan dan berkaitan. Peta Pikir seakan-akan menyiapkan suatu tahapan tepat guna antara proses berpikir dan pencurahan pikiran kita dalam bentuk kata sebenarnya di atas kertas.

Dengan menggunakan Peta Pikir untuk memaparkan kebutuhan dan keinginan, prioritas dan faktor penghambat, guru dapat membuat keputusan berdasarkan pandangan yang lebih jelas mengenai masalah yang sedang Anda hadapi.

Cara berikutnya, buatlah daftar kebutuhan yang akan menjadi dasar pengembangan buku ajar. Daftar kebutuhan yang telah dibuat dapat juga disebut keputusan dyadic (berasal dari kata Latin dyas yang berarti ‘dua’). Secara luas keputusan dyadic dapat digolongkan sebagai keputusan berkenaan dengan penilaian dan keputusan ini mecangkup pilihan sederhana seperti: ya/tidak, lebih baik/lebih buruk. lebih kuat/lebih lemah, lebih efektif/kurang efektif, lebih efisien/kurang efisien, lebih mahal/tidak begitu mahal.
Sehubungan dengan buku ajar yang akan dikembangkan guru, peta pikir dapat membuka pikiran selebar-lebarnya dan dengan demikian sangat membantu guru menemukan berbagai gagasan cara menyajikan materi buku ajar berdasarkan pada analisis kebutuhan. Pemikiran analisis kebutuhan (Cohen, Lawrence & Morrison, 2001)
telah ada di dunia pendidikan lebih dari seabad, berasal dari kesejahteraan sosial (misalnya, perumahan, ketenagakerjaan, pencegahan kejahatan, dan program pendidikan kemiskinan), program kesehatan dan penelitian kebijakan sosial. Salah satu kegunaan analisis kebutuhan ialah: mengenali (identify) kebutuhan peserta belajar.
Dalam merencanakan suatu analisis kebutuhan ada empat tahap yang dapat diikuti guru:
Tahap 1: Tentukan tujuan analisis kebutuhan dan definisikan apa yang dimaksud
dengan kebutuhan yang akan dianalisis.
Tahap 2 Kenali (Identify) fokus analisis kebutuhan.
Tahap 3: Tentukan metodologinya, cara pengambilan sampel, penginstrumentasian,
pengumpulan data, prosedur analisis, dan kriteria yang digunakan untuk
menilai besaran, lingkup, tingkat, serta kepelikan kebutuhan tersebut, dsb.
Tahap 4: Tentukan pelaporan dan penyebaran hasilnya. (Cohen & dkk, 2001).

Pengembangan materi adalah proses perencanaan yang diciptakan dalam bentuk unit. Materi buku ajar dalam berbagai unit tersebut menerapkan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah dibuatnya. Pengembangan materi berlangsung sepanjang kontinum penentuan keputusan dan kreativitas yang terentang mulai dari diberinya buku ajar sampai sebuah jadwal untuk “mencakup” buku ajar tadi. Pada waktu guru ingin mengembangkan paket belajar, guru harus mengetahui apa tujuan/sasaran paket belajar ini. Organisasi buku ajar tersebut sebagai berikut.

a. Pendahuluan
b. Kompetensi
c. Fokus Kegiatan
d. Kemampuan Khusus
e. Evaluasi
f. Rujukan
g. Saran prosedur belajar

Misalnya, buku ajar tentang : Komunikasi di Bandar Udara. (a)Pada bagian Pendahuluan memerikan apa yang akan diajarkan dalam buku ajar ini. (b)Pada bagian Kompetensi ditulis tujuan umum yang akan dicapai oleh peserta belajar, (c)Dalam Fokus Kegiatan dikenalkan kosa kata sehubungan dan yang berkaitan dengan bandara dan sekitarnya serta cara penggunaan kata-kata tersebut dalam kalimat sederhana (sebetulnya sederhana atau tidak bergantung pada pengetahuan awal peserta belajar yang dapat Anda ketahui dari hasil analisis kebutuhan). Peserta belajar disuruh mempelajarinya. (d) Kemampuan khusus dinyatakan dengan kata operasional tentang
kemampuan yang diharapkan dari pseserta belajar setelah mempelajari Fokus Kegiatan. (e) Evaluasi ditandai dengan peserta belajar yang diharapkan dapat mengevaluasi
sendiri apakah sudah menguasai apa yang telah dipelajarinya. (f)Rujukan berisi semua buku yang digunakan dalam buku ajar. (g) Anjuran prosedur belajar memerikan atau usul bagaimana sebaiknya belajar.untuk menguasai materi ajar seperti yang diharapkan dalam Kemampuan Khusus.

Jumat, 08 Agustus 2008

Guru di mata Mbok Siti (8)

Aku semakin senang saja bertemu dengan Mbok Siti yang bersahaja dan menyukai pakaian hitam yang sederhana. Siang itu, matahari menyengat kulit. Kusempatkan mampir ke rumah Mbok Siti.

Tiba-tiba, Mbok Siti membawa air minum dengan wadah kendi (tembikar berbentuk ceret) sambil menyilakan padaku untuk meminumnya. Dengan sekejap air itu aku minum karena bertepatan dengan tenggorokan kering. "Mbok, air ini sangat segar", ucapku sambil menyeka air yang masih menempel di bibirku.

"Iya, Nak. Air itu merupakan obat haus bagi kita. Begitu pula, guru juga harus dapat seperti air yang mampu mengusir rasa haus siswa-siswanya, memberikan kesegaran, dan membantu sirkulasi tubuh", ujarnya. Padahal, aku belum membuka omongan tentang guru, Mbok Siti tanggap bahwa kedatanganku memang untuk berdialog tentang guru.

"Guru perlu meniru air", tambahnya. Air itu selalu mampu melarutkan kotoran ke dasar. Kemudian, air menyembulkan kejernihan. Kotoran yang larut lama-lama akan menjadi pupuk dan memberikan ruang hidup bagi renik. Guru juga perlu melarutkan problematika yang dipunyai siswanya. "Dia harus mampu menjaga rahasia siswanya dalam keadaan apapun", kata Mbok Siti yang duduk di sebelahku. Air adalah guru kita. Lihat saja, air selalu mengalir ke bawah. Air dapat menyesuaikan permukaan tanah. "Air adalah sumber kehidupan", ujar Mbok Siti dengan lembut.

Kamis, 07 Agustus 2008

Mengajar dengan Metode Hipnosis

Pernahkah seorang siswa larut dengan cerita dongeng yang dibawakan gurunya? Jika pernah, siswa itu dapat dikatakn berada dalam jangkauan hipnosis. Siswa asyik dengan menggambar, mengerjakan soal matematika, terkesima dengan puisi yang dibuatnya, dan larut dengan gaya guru mengajar merupakan kondisi berlangsungnya hipnosis. Dalam pembelajaran, guru dapat dengan sengaja menggunakan metode hipnosis agar siswa senang, asyik, dan mudah memahami materi.

Menurut Wikipedia, kata "hypnosis" adalah kependekan dari istilah James Braid's (1843) "neuro-hypnotism", yang berarti "tidurnya sistem syaraf". Orang yang terhipnotis menunjukan karakteristik tertentu yang berbeda dengan yang tidak, yang paling jelas adalah mudah disugesti. Hypnotherapy sering digunakan untuk memodifikasi perilaku subjek, isi perasaan, sikap, juga keadaan seperti kebiasaan disfungsional, kecemasan, sakit sehubungan stress, manajemen rasa sakit, dan perkembangan pribadi. Hipnosis tersebut dapat pula digunakan guru untuk melejitkan potensi siswanya.

Hipnosis didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran saat fungsi analitis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar (sub-conscious/unconcious), sehingga tersimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas hidup. Individu yang berada pada kondisi “hypnotic trance” lebih terbuka terhadap sugesti dan dapat dinetralkan dari berbagai rasa takut berlebih (phobia), trauma ataupun rasa sakit. Individu yang mengalami hypnosis masih dapat menyadari apa yang terjadi di sekitarnya berikut dengan berbagai stimulus yang diberikan oleh terapis. Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa hypnotherapy menstimulir otak untuk melepaskan neurotransmiter, zat kimia yang terdapat di otak, encephalin dan endhorphin yang berfungsi untuk meningkatkan mood sehingga dapat merubah penerimaan individu terhadap sakit atau gejala fisik lainnya.

Sementara menurut Profesor John Gruzelier, seorang pakar psikologi di Caring Cross Medical School, London, guna menginduksi otak dilakukan dengan memprovokasi otak kiri untuk nonaktif dan memberikan kesempatan kepada otak kanan untuk mengambil kontrol atas otak secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat otak fokus pada suatu hal secara monoton yang menggunakan suara dengan intonasi datar (seolah-olah tidak ada hal penting yang perlu diperhatikan).

Secara umum mekanisme kerja hypnotherapy sangat terkait dengan aktifitas otak manusia. Aktifitas ini sangat beragam pada setiap kondisi yang diindikasikan melalui gelombang otak yang dapat diukur menggunakan alat bantu EEG (Electroenchepalograph). Berikut diuraikan berbagai gelombang otak disertai dengan aktifitas yang terkait:

Beta ( 14 - 25 Hz)(normal);
Atensi, kewaspadaan, kesigapan, pemahaman, kondisi yang lebih tinggi diasosiasikan dengan kecemasan, ketidaknyamanan, kondisi lawan/lari
Alpha (8 – 13 Hz)(meditatif);
Relaksasi, pembelajaran super, fokus relaks, kondisi trance ringan, peningkatan produksi serotonin, kondisi pra-tidur, meditasi, awal mengakses pikiran bawah sadar (unconscious)
Theta (4 – 7 Hz)(meditatif);
Tidur bermimpi (tidur REM/Rapid Eye Movement), peningkatan produksi catecholamines (sangat vital untuk pembelajaran dan ingatan), peningkatan kreatifitas, pengalaman emosional, berpotensi terjadinya perubahan sikap, peningkatan pengingatan materi yang dipelajari, hypnogogic imagery, meditasi mendalam, lebih dalam mengakses pikiran bawah sadar (unconscious)
Delta (0,5 – 3 Hz)(tidur dalam);
Tidur tanpa mimpi, pelepasan hormon pertumbuhan, kondisi non fisik, hilang kesadaran pada sensasi fisik, akses ke pikiran bawah sadar (unconscious) dan memberikan sensasi yang sangat mendalam ketika diinduksi dengan Holosinc

Melalui pictograph dan tulisan-tulisan kuno lainnya dapat disimpulkan bahwa hipnosis telah digunakan sejak zaman prasejarah. Papirus Ebers di Mesir, dokumen yang berusia 3000 tahun, mencatat bagaimana para pendeta mesir melakukan pengobatan. Dijelaskan dalam dokumen tersebut berbagai teknik yang digunakan yang ternyata merupakan gambaran atas mekanisme kerja hipnosis. Pada era primitif, sedikitnya terdapat dua bentuk hipnosis yang diterapkan, keduanya berkaitan dengan ritual keagamaan, antara lain:
pengulangan ritmik (rhythmical repetition)
Tarian ritual (frantic dancing)

Pada abad pertengahan, hipnosis diterapkan di antara para bangsawan dan dikenal sebagai “sentuhan bangsawan” (royal touch). Para tokoh hipnosis pada saat itu antara lain adalah Edward the Confessor (1066) dan para raja di Perancis, yang menganggap diri sebagai Tuhan. Ide tersebut kemudian mati di akhir abad ke-18, bersamaan dengan terbitnya periode renaissance, ketika kebanyakan orang mencari dasar ilmiah atas berbagai fenomena. Ritual sentuhan bangsawan dihidupkan kembali pada saat penobatan Charles X. Salah seorang yang berpengaruh pada periode tersebut adalah Paraselsus. Ia beranggapan bahwa tubuh surgawi memberi makan ke tubuh manusia melalui perantara magnet. Ia berkeyakinan bahwa magnet mampu mengobati berbagai penyakit.

Franz Anton Mesmer (1734 – 1815) seorang berkebangsaan Vienna yang kemudian pindah ke Paris menjelaskan lebih lanjut mengenai fenomena penyembuhan menggunakan magnet. Dalam penjelasannya, Mesmer banyak mengkutip ide dari para ahli pendahulunya, antara lain:
Paracelsus, dengan idenya mengenai magnet
Richard Mead, yang menyatakan bahwa seluruh kehidupan dijalankan oleh hukum alam
Father Hell, pendeta jesuit, yang mencoba menemukan cara menyembuhkan orang dengan menggunakan lempengan logam. Lempengan ini kemudian di lewatkan melalui tubuh orang. Ia berkeyakinan bahwa proses penyembuhan dari tubuh surgawi mampu menyembuhkan orang.
Mesmer turut mengklaim bahwa tubuh surgawi menyembuhkan. Dari Richard Mead, ia mendapatkan ide bahwa di setiap tubuh manusia terdapat cairan universal. Ketika cairan tersebut mengalir lancar, segala hal di tubuh berlangsung secara sempurna. Tubuh tidak bekerja secara sempurna, disebabkan karena aliran cairan universal di tubuh terhalang. Mesmer menjalankan lempengan logam melalui tubuh pasien guna melancarkan aliran cairan universal (teori “magnet hewani” / ”animal magnetism”). Mesmer mengklaim bahwa ia memiliki energi khusus. Ia mengatakan bahwa magnet mengalir ke tubuhnya melalui tongkat ajaib. Ia berkeyakinan bahwa ia dapat menyembuhkan apa pun menggunakan magnet. Pada periode itu ia sangat sukses dengan metode penyembuhannya. Ia kemudian meminta French Academy of Medicine untuk mempelajari metodenya. Komisi yang diketuai oleh Ben Franklin kemudian ditunjuk untuk melakukan penyelidikan berkenaan dengan metode penyembuhan Mesmer. Komisi tersebut menemukan bahwa magnet tidak memberikan efek Mesmer kemudian didiskreditkan pada tahun 1784. Hasil temuan dari komisi menyatakan bahwa magnet tidak menghasilkan efek apa pun.

Marquis de Puysegur (1781 – 1825), salah seorang pengikut Mesmer, ketika menerapkan metode yang digunakan Mesmer pada seorang pengembala berusia 24 tahun, menemukan suatu fenomena yang tidak diketahui sebelumnya oleh Mesmer. Ia mendapati bahwa subjek yang dipengaruhi magnet, bukan hanya mengalami fenomena yang tidak awam tetapi juga tertidur lelap. Pada kondisi ini, subjek tidak dapat membuka matanya, berbicara secara kurang jelas namun bertingkah seolah-olah sadar. Puysegur menyebut kondisi ini sebagai “artificial somnambulism”. Joseph Philippe Francois Deleuze (1753 – 1835) menemukan bahwa sugesti yang diberikan kepada subjek selama dalam kondisi trance terus terbawa hingga saat subjek tersadar.

Esdaile (1845) seorang dokter Inggris menulis buku, “Mesmerism in India”. Ia bekerja di sebuah penjara di India dan melakukan lebih dari 3000 operasi tanpa menggunakan obat bius. Umumnya pada kondisi ini, 50% dari pasien akan meninggal. Ia melatih para asistennya serangkaian metode tertentu. Dengan metode tersebut, laju kematian dapat ditekan hingga hanya 5%. (kini diketahui penjelasan di balik fenomena ini, pada hypnosis, pendarahan dapat diminimalkan. Selain itu tubuh juga mengembangkan resistensi terhadap infeksi dan tidak mengalami dehidrasi).

Kasus pencabutan gigi pertama menggunakan hipnosis dilakukan pertama kali pada tahun 1823. Diikuti dengan proses melahirkan menggunakan hipnosis pada tahun 1826.

Pada tahun 1880, dua sekolah hipnosis mulai didirikan. Charcot, seorang neurologist (terminologi awal untuk psikolog] di Perancis memberikan hypnosis pada dua belas wanita yang mengalami hysteria. Charcot memberikan demonstrasi pada saat hypnosis para pasien dapat berjalan dan melakukan banyak hal lainnya, namun mereka kembali kehilangan kemampuan tersebut ketika mereka berada pada kondisi normal. Charcot tidak sepenuhnya memahami hypnosis (ia menganggap hypnosis sangat berbahaya dan hanya kepada pasien yang secara mental sakit hypnosis dapat dilakukan).

Bernheim, seorang neurologist Perancis yang sangat terkenal, dan Liebeault, seorang dokter, membuat klinik di Nancy, Perancis. Mereka mengobati lebih dari 12.000 pasien menggunakan hypnosis, dan memperkenalkan konsep suggestibility dan sexuality. Selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II, hypnosis digunakan untuk memberikan perlakuan pada para prajurit yang mengalami trauma. Pada tahun 1955, British Medical Association menyatakan bahwa hypnosis layak digunakan untuk mengobati hysteria dan digunakan sebagai anastesi. Tahun 1958, American Medical Association membuat pernyataan yang sama sekaligus mengkritik keras hypnosis yang ditujukan sebagai hiburan/pertunjukan (stage performance). Tahun 1960, American Psychology Association membentuk dewan penilai kelayakan seorang hipnotis.

Dari sejarah hipnosis tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipnosis memiliki kekuatan tersendiri yang dapat digunakan sebagai sarana untuk memengaruhi orang lain demi keuntungan positif dan negatif. Guru perlu belajar untuki menggunakan hipnosis untuk pembelajarannya. Berkaitan dengan pembelajaran, hypnotherapy dapat aplikasikan untuk meningkatkan daya ingat, kreativitas, fokus, merubuhkan tembok batasan mental (self limiting mental block) dan lainnya. Hal ini tentunya sangat penting dalam proses pembelajaran guna mencapai prestasi optimal.

Pembelajaran dengan hipnosis mengutamakan fokus ke satu hal. Karena fokusnya ke satu hal, pembelajaran lebih mudah terjadi jika dibandingkan dengan pembelajaran saat siswa fokus ke beberapa hal. Untuk sampai ke keadaan fokus ke satu hal ini, beragam metode dapat dilakukan. Siswa bisa duduk di kursi dengan mata terpejam sambil menyadari masuk dan keluarnya nafas. Ajaklah siswa memfokuskan perhatian kepada suatu titik, gambar, gerakan benda. Guru dapat juga mengingat keadaan yang menyenangkan dan merasakannya kembali kepada siswa. Ajaklah siswa mengingat kembali pengalaman saat sedang menonton acara yang membuatnya nyaman. Suruhlah siswa menghitung mundur dari 100 hingga 1 dan menyadari semakin mundur semakin relaks. Cara-cara untuk masuk ke dalam keadaan fokus ini dinamakan INDUKSI. Tujuan dari induksi ini adalah agar siswa lebih relaks, sehingga Mereka lebih fokus dan bank ingatan anda terbuka.

Bank ingatan ini adalah tempat semua program-program hidup anda selama ini . Membuka bank ingatan ini dalam keadaan banyak fokus tidak mudah. Hanya dalam keadaan single focus sajalah, bank ingatan ini mudah terbuka dan mudah pula untuk menerima program-program pembelajaran baru. Bank ingatan ini dikenal dengan nama Long Term Memory, Subconscious ataupun Unconscious.

Setelah berinduksi, ajaklah siswa berafirmasi. Affirmasi adalah menyatakan seuatu yang positif tentang diri Anda. Mulai saat ini hentikanlah kata atau kalimat yang menyatakan diri anda dengan citra negatif. Mulai saat ini lakukanlah memberikan pernyataan-pernyataan positif tentang diri Anda. Buatlah sendiri pernyataan-pernyataan apa yang anda inginkan tentang diri anda. Saya menulis beberapa , anda bisa melanjutkannya dan membuatknya sesuai dengan yang Anda inginkan .

• Saya pandai dalam semua pelajaran
• Saya menarik sebagai pembicara
• Apapun lelucon yang saya sampaikan, pendengar terhibur
• Saya tampil tenang, mampu menguasai keadaan, dan berbicara lancar
• Apapun yang saya lakukan membuat saya semakin baik dan kreatif
• Masalah apapun yang muncul di hadapan saya mampu saya atasi

Kemudian, ajaklah siswa untuk memproduksi konsep atau contoh melalui visualisasi. Visualisasi meskipun mengandung kata VISUAL yang artinya penglihatan mempunyai makna yang lebih luas mencakup keenam indra (lihat, dengar, cium, raba-rasa, kecap, pikiran). Latih berulang-ulang VISUALISASI ini hingga otomatis dan otak mendapatkan gambaran dengan skenario paling sempurna. Ketika skenario ini tercatat di otak, dan otak mengirimkan perintah ke seluruh anggota tubuh yang tercitrakan dalam visualisasi ini, siaplah untuk bersyukur, karena apa yang anda Visualisasikan terjadi dalam kenyataan. Latihlah VISUALISASI ini dimulai dengan hal-hal sederhana.

Metode hipnosis dapat digunakan oleh guru dengan prinsip agar pembelajaran mencapi tujuan. Langkah yang perlu dilakukan adalah (1) identifikasi terlebih dahulu kebutuhan siswa, (2) rencanakan pembelajaran dengan mengaitkan media hipnosis seperti suara, gambar, tulisan, gerak, dan simbol-simbol, (3) mulailah mengajar dengan tetap pada rencana yang dibuat dengan melakukan induksi, (4) lakukanlah afirmasi sebagai bahan untuk memunculkan gagasan dari anak, (5) lakukanlah visualisasi sebagai sarana agar siswa dapat memproduksi gagasan sebanyak-banyaknya berkaitan dengan topik pembejaran hari itu, (6) lakukanlah evaluasi, dan (7) sebelum pembelajaran berakhir, lakukan refleksi tentang yang dialami siswa.

Jumat, 01 Agustus 2008

Guru di mata Mbok Siti (7)

Mbok Siti yang kutunggu-tunggu akhirnya datang juga sambil membawa rambanan (dedaunan untuk makanan kambing) berbagai macam untuk tiga ekor kambing kesayangannya. Ikatan dedaunan itu ditaruhnya pelan sambil diurai di depan kambingnya. "Menunggu merupakan waktu yang paling lama di dunia ini", ujarnya pelan sambil melirikku. Aku kaget. "Kok tahu ya, Mbok Siti atas kemenungguanku?", gumamku.

Mengapa dedaunan yang dibawa beraneka warna? Warna tumbuhan memberikan tanda terhadap tumbuhan itu sendiri. Begitu pula, pohon, dahan, akar, daun, bungan, dan buah tumbuhan mempunyai ciri tersendiri yang membedakan dengan tumbuhan lain. Begitu pula, guru juga harus mempunyai warna tersendiri sehingga dapat dibedakan dengan profesi lainnya. "Jika guru kehilangan warna, siswa juga akan kehilangan selera", ujar Mbok Siti. Untuk itu, guru, di manapun dia, harus tetap memunculkan warna yang khas sehingga tetap memberikan manfaat bagi dirinya. "Orang tertarik sesuatu karena bentuk, fungsi, dan manfaatnya", kata Mbok Siti sambil meneguk air putih di gelas usangnya. Guru haruslah mempertahankan bentuk, fungsi, dan manfaatnya agar siswa kita tidak sia-sia belajar.

Guru, Sudahlah Jangan Jual Buku


Oleh Suyatno

Kawanku guru, sudahlah jangan jual buku meskipun disuruh kepala sekolah, penerbit, maupun orang tua karena akibatnya cukup memalukan dan merendahkan martabat guru. Hermin, kepala sekolah di Kec. Sukomanunggal, Surabaya dimutasi menjadi staf kantor UPTD (dulu cabang dinas) Sukomanunggal gara-gara menjual buku ke siswa. Penjualan itu sebenarnya dimaksudkan untuk mempermudah siswa mendapatkan buku. Namun, karena terkena aturan permendiknas no 2/2005 tentang Buku Teks Pelajaran, tetap saja perbuatan Bu Hermin menyalahi aturan.

Sekarang ini, banyak orang tua yang menuntut sekolah termasuk guru hanya karena masalah yang sangat sepele. Guru harus sadar akan hal itu. Keterbukaaan semacam itu memang sangat baik hanya saja terkesan menjadi keterlaluan alias kebablasan. Lihat saja, di Jakarta, otot leher orang tua tampak disorot TV saat protes ke diknas tentang penjualan buku yang dilakukan guru. Entah berapa otot lagi yang harus menegang untuk memprotes tindakan guru.

Kasihan, guru saat ini, karena semakin saja diinjak-injak reputasinya. Perjalanan hidup guru memang jarang beruntung. Guru sering menjadi kambing hitam ketika masalah pendidikan muncul. Tuduhan kambing hitam itu terkait kualitas yang rendah, kurang profesional, gaji yang rendah, jual beli nilai, pemberian les privat sampai masalah “pewajiban” menggunakan buku bagi anak didiknya.

Cobalah guru hanya menunjuk buku yang terkait dengan topik jika siswa ingin memperdalam materi. Berikan sebaran judul yang layak dibaca. Biarkan orang tua berkreasi mencari buku dengan harganya sendiri. Berniatlah mengajar dengan tulus tanpa berpikir mendapatkan uang samping dari rabat buku. Sering-seringlah mengunduh (download) buku dari internet kalau bisia. Kalau guru tidak bisa mengunduh karena tidak ada internet, jauh dari kota, gagap internet, sebaiknya, cobalah cari informasi lain tentang buku yang layak untuk muridnya. Jalan kinerja guru masih panjang sehingga tidak perlu diputus dengan aturan yang mempersempit dunia keguruan.

Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Afrizal Sinaro menilai niat pemerintah untuk menyediakan buku murah secara online cukup baik.

Pakar pendidikan Arif Rahman dari UNJ menilai kebijakan pemerintah untuk mengurangi beban orangtua siswa melalui penyediaan buku dinilai cukup baik. Di antaranya, menyediakan buku dengan sistem online. Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Suyanto mengakui keberadaan buku online milik Depdiknas belum bisa diakses secara maksimal. "Ebook (buku online) Depdiknas memang belum lancar karena persiapannya tidak mudah sehingga terkesan terlambat," katanya di Purwokerto, Jawa Tengah,kemarin. Menurut dia, program yang akan diluncurkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2 Agustus mendatang itu harus dipersiapkan dengan matang.

Diakui, peraturan tentang buku teks semakin membuat guru selalu di tempat yang kurang beruntung. Maju kena mundur kena. Sudah bertahun-tahun seorang guru akan mendapatkan insentif tambahan (yang mungkin besarnya tidak seberapa) dari penjualan buku di sekolah. Tapi dengan munculnya Permen menjadikan penghasilan tambahan guru berkurang /hilang. Biarlah penghasilan hilang asal reputasi guru tidak melayang.

Siapa sebenarnya yang diutungkan dengan Lahirnya Permen ini, pemerintah, orang tua siswa atau guru. Dari 14 pasal aturan yang ada secara jelas bahwa pihak sekolah (guru) yang dipersalahkan. Tugas guru adalah mendidik, membimbing dan mengajar anak didik sedang penjualan buku adalah tukas pedagang (toko buku).Munculnya penjualan buku di sekolah awalnya lahir karena desakan orang tua/wali. Daripada anaknya mencari di toko buku yang belum tentu ada dengan kebutuhan pelajaran lebih baik pihak sekolah memfalisitasi dengan masuknya penerbit ke sekolah. Dengan demikian siswa dan orang tua tidak lagi susah (bingung) karena semua buku pelajaran yang diperlukan tersedia di sekolah. Dalam perkembangannya ketika harga buku di sekolah lebih mahal daripada “di Luar”, menjadikan penjualan buku di sekolah “bermasalah”. Akhirnya demi mengakomodasi kembali protes orang tua/wali, Pemerintah mengeluarkan Permen No.11/2005.

Mata rantai permasalahan sebenarnya tidak berpusat pada guru, tapi sejalan dengan perkembangan polemik ini banyak orang menuding bahwa gurulah yang bersalah. Padahal pihak penerbit sering “bermain” guna mendapatkan laba yang lebih. Hal ini mengingat pemasaran buku pelajaran terbatas waktunya. Karena guru menentukan buku pelajaran yang dipakai, siswa mau tidak mau harus membeli buku dimaksud, dan kemudian dipersalahkan bila terjadi “kejanggalan” harga jual.- beli. Meski sering kita dengar bahwa pihak sekolah akan diberi diskon 30% untuk tiap buku, faktanya 20% untuk siswa dan 10% untuk sekolah dengan harga mark-up. Padahal 10% yang diberikan ke sekolah akan dibagi untuk kepala sekolah, petugas dan guru. Ironisnya agar 10% nominalnya kelihatan banyak harga buku didongkrak lebih tinggi dari harga pasaran.

Guru sebenarnya hanya sebagai alat kapitalisme buku. Apapun kebijakan Pemerintah guru tetap dalam posisi yang tidak beruntung. Ibaratnya seorang guru mengampu satu mata pelajaran dengan jumlah murid 300 orang. Bila sebuah buku yang terjual sorang guru mendapatkan Rp1000, tiap awal tahun pelajaran seorang guru mendapat tambahan penghasilan Rp300.000. Tambahan penghasilan yang (akan) diterima pastilah sudah dialokasikan untuk keperluan (penting)guru. Karena seorang guru umumnya punya keluarga dan anak yang juga bersekolah. Tambahan yang diterima akan mengurangi beban pengeluaran guru, apalagi Pemerintah seringkali kurang menepati janji akan tambahan penghasilan/ kesejahteraan guru.

Kondisi pendidikan memang saat ini sedang diformat untuk antidagang. Guru hanya mengajar, membimbing, dan mendidik. Sekolah hanya ememfasilitasi terjadinya sebuah proses belajar siswa. Buku merupakan sarana dalam menjalankan proses. Lalu, bagaimana cara mendapatkan buku yang sesuai dengan kapasitas materi? Biarlah orangtua yang mencari dari toko buku di manapun, guru hanya sekadar memberikan daftar judul buku.

Kawanku guru, sudahlah jangan menyesal hanya tidak boleh menjual buku. Tinggalkan keuntungan yang hanya sedikit. raihlah keuntungan yang lebih besar dari Tuhan dengan mendidik siswa.
__________________